Aroma obat-obatan di Rumah sakit masih menyumbat
penciumanku. Aku sudah lelah dengan semua ini. Kondisi tangan diinfus dan lemah
tak berdaya di atas ranjang Rumah sakit.
“Bagaimana keadaanmu Fara? Apa masih sakit?” tanya
ibuku yang duduk di sebelahku.
“Sudah tidak sesakit tadi bu,” jawabku pada Ibuku.
Ibuku menghela nafas lega. Sungguh tidak tega
melihat beliau begitu cemas dan khawatir dengan keadaanku yang seperti ini.
Ingin rasanya aku memeluk beliau dan meminta maaf karena telah merepotkannya.
Apalah dayaku, badanku masih sangat lemah karena baru 10 jam yang lalu aku keluar dari ruangan
operasi. Inilah pertama kalinya aku
menjalani operasi karena penyakitku ini. Aku menderita penyakit tumor payudara
disaat usiaku 20 tahun. Dapat dikatakan itu adalah usia yang cukup muda untuk
mengidap sakit seperti itu. Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah aku sakit
seperti ini karena dosa-dosa yang pernah aku perbuat?
1 tahun yang lalu, di dalam rumah bercat putih dan
berpagar warna hijau. Aku bersama beberapa kawan priaku sedang
berbincang-bincang. Meskipun aku wanita namun aku sangat nyaman bila bergaul
dengan mereka. Bagiku mereka adalah teman yang solid dan sangat
memperhatikanku. Jika salah satu diantara kami memiliki masalah, maka
kawan-kawan lain akan membantunya. Baiklah, hal itu adalah sisi positif dari persahabatan
kami.
Persahabatan kami sebenarnya tidak sesehat itu. Aku
sering mengabiskan malam untuk sekedar begadang dengan mereka dan kadang aku
tidak pulang ke rumah. Lama-kelamaan mereka mulai mengajakku untuk ikut minum-minuman
keras.
“Ayolah Far minum, kamu enggak solid banget sih,”
ajak kawanku bernama Yovi.
Aku hanya menggelengkan kepala dan fokus mengobrol
dengan Hardi. Kulihat Yovi menuangkan minuman keras itu kedalam gelas, kemudian
menyodorkan gelasnya padaku. Aku masih tetap pada pendirianku untuk tidak
minum.
“Far, kamu tau kan kita sahabat solid. Kami makan,
kamu juga makan. Kami kelaparan , kamu juga kelaparan. Tunjukin
kesetiakawananmu dong Far. Eh, tapi
kamukan anak terpelajar, mana mau ikut gaul seperti kami, “ ungkap Yovi padaku.
Entah bisikan dari setan mana akhirnya akupun geram,
kemudian aku mengambil gelas dan meminum isinya hingga habis. Aku merasakan
kepalaku sangat pusing namun aku ingin meminumnya lagi. Dosa-dosa yang kuperbuatpun
semakin menumpuk. Hingga ada satu dosa yang tidak akan pernah aku lupakan
seumur hidupku. Suatu hari ketika kita sedang kumpul dan mengobrol bersama,
temanku yang bernama Hardi dan
pacarnya bernama Erna datang ke base camp kami.
pacarnya bernama Erna datang ke base camp kami.
“Kenapa kusut begitu wajahmu har?” Tanya yovi
temanku.
“Erna hamil vi,” jawab Hardi pelan.
“Hah? Terus?” tanyaku.
“Far, bantuin Erna gugurin kandunganya sih,” pinta
Hardi.
“Aku? Gugurin kemana?” tanyaku pada Hardi.
“Dimana aja yang penting bisa gugur kandungannya. O
ya, nih uangnya,” ucap Hardi yang kemudian mengeluarkan amplop warna putih
berisi uang.
“Ayo Na,” ajakku pada Erna pergi untuk menggugurkan
kandungannya.
Erna hanya menurut dan mengikutiku. Aku segera
mengambil motorku yang kuparkirkan tidak jauh dar rumah. Segera kulajukan
motorku untuk pergi ke tempat dukun bayi yang bisa membantu orang untuk
mengugurkan kandungan. Sekitar 30 menit perjalanan aku menghentikan laju
motorku dan masuk ke dalam rumah gribik sederhana itu. Aku menemui nenek-nenek
tua yang menjadi dukun anak kemudian aku menceritakan apa maksud dan tujuan
kami datang menemuinya.
“Wah, mbak masih muda dan usianya janinya masih muda. Kemungkinan
resikonya besar, ” ucap Nenek itu.
“Tidak apa-apa Nek, yang penting saya bisa
menggugurkan janin ini,” ungkap Erna yang akhirnya berani untuk angkat bicara.
Nenek itu segera pergi ke dalam ruangan dan keluar
lagi dengan membawa cangkir.
“Minum ini mbak, supaya mempercepat prosesnya,” ucap
nenek itu sambil menyodorkan cangkir pada Erna.
Erna segera menengguk habis minuman yang ada di
dalam cangkir tersebut. Tidak berapa lama perutnya mulai berkontraksi. Nenek
itu segera meminta Erna untuk masuk ke dalam kamar. Akupun hanya menunggu
dengan harap-harap cemas. Kudengar Erna menangis dan merintih menahan sakit. Aku
nyeri mendengarnya merintih seperti itu, apakah sangat sakit ya?
Kembali lagi di Rumah sakit, aku masih dengan posisi
terbaring diatas ranjang. Mataku mulai berair mengingat bagaimana dosa-dosaku
di masa lalu. Mungkin sakitku ini adalah teguran dari Allah SWT karena
banyaknya dosa yang kulakukan. Ya Allah sang pemilik semesta Alam, sungguh
penyakit yang kau berikan telah membuatku lemah tak berdaya. Aku tidak
menyangka bisa terbaring tak berdaya seperti ini. Dimana sosok Fara yang sangat
kuat untuk begadang dan terbiasa menengguk
minum-minuman haram yang memabukkan?
Dimanakah sosok Fara yang tanpa rasa bersalah membantu orang lain
menggugurkan kandungannya, membantu membunuh yang tidak berdosa? Lihatlah, kini
Fara hanyalah mahluk lemah tak berdaya diatas ranjang rumah sakit.
Maafkan aku ya Allah atas segala dosa yang pernah
kuperbuat dan jadikanlah sakitku ini sebagai penawarnya. Sungguh, hamba sangat
malu padaMu atas dosa menjijikkan yang pernah hamba lakukan. Ternyata hamba
hanyalah mahluk yang amat kerdil di hadapanMu. Hamba berjanji ya Allah,akan
menjadi seorang hamba yang taat pada Rabbnya, menjauhi segala laranganNya, dan
semakin memperbaiki diri untuk mendapatkan cintaMu.
“Bu, Fara besok ingin pakai jilbab,” pintaku pada
Ibuku.
Ibu tersenyum dan menangis haru sambil membelai
rambutku dengan perlahan-lahan.
“Iya, sayang. Besok ibu belikan jilbab baru,” ucap
Ibuku
Aku tersenyum bahagia. Ya Allah terimakasih engkau
telah memberi hamba kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri yang hina
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar