Aku
masih duduk di ruang tengah sambil menonton televisi. Namun fikiranku tidak
fokus pada program yang ada di televisi. fikiranku terfokus pada handphone yang
saat ini kugenggam. Lebih tepatnya memikirkan pesan yang baru saja kukirimkan
pada seseorang. Aku kemudian menatap nanar
televisi itu dan fikiranku melayang pada kejadian dua hari yang lalu
saat temanku nirina mengajakku untuk berkumpul bersama teman-temannya. Aku
fikir dia akan mengajakku pergi shoping atau makan. Namun ternyata dia
mengajakku ke sekumpulan orang-orang yang ada di mushola kampus.
“Kok
kesini Nir?” tanyaku keheranan pada nirina. Karena saat ini di mushola sedang
ada pengajian khusus mahasiswa.
“Iya
Zaskya, kita mau berobat di sini” jawab Nirina sambil tersenyum dan
membimbingku untuk duduk dan mendengarkan ceramah ustad di acara pengajian
tersebut.
Aku
merenyitkan alis tanda tanda tidak mengerti apa maksud dari kata-katanya. Dan
apa katanya tadi, berobat? Bukannya berobat itu harusnya ke dokter ya. Namun
akhirnya kuputuskan untuk tetap duduk diam ditempat itu dan mendengarkan isi
ceramah ustadnya. Setelah beberapa saat aku mendengarkan ceramah tersebut maka
dapat kutangkap inti dari ceramah tersebut adalah tentang bagaimana remaja
muslim menyikapi pink virus. Sangat banyak peserta pengajian tersebut yang
antusias dan ingin bertanya pada ustad arif yang mengisi pengajian tersebut.
“Ustad
apa sebenarnya ada dalil yang melarang untuk pacaran?” tanya salah seorang
peserta lelaki yang berdiri paling depan.
“Memang
sebenarnya tidak ada dalil yang melarang untuk berpacaran tapi ada ayat di
Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa ‘dan janganlah kamu mendekati zina, zina itu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk’ nha pacaran itu termasuk hal
yang mendekati zina. Awalnya hanya ingin bertemu, setelah bertemu ingin
bergandengan tangan, setelah bergandengan tangan ingin berdekat-dekatan,
setelah berdekatan ingin berzina. Astagfirullah halazim, awalnya memang sangat
biasa namun akhirnya membuat dosa yang besarnya luar biasa. Apalagi pihak
wanita, pasti sangat dirugikan. Keperawanan terenggut oleh seseorang yang belum
halal untuknya dan lebihnya lagi sampai hamil dan kemudian menggugurkan
kandungannya. Berapa dosa besar yang sudah dilakukannya,” jelas ustad Arif dengan
panjang lebar.
Aku
semakin tertarik dengan pembahasan kali ini. Entah mendapat dorongan darimana
rasanya aku ingin sekali mengajukan pertanyaan yang benar-benar mengganjal di
fikiran dan hatiku. Dan akupun mencoba untuk memberanikan diri untuk bertanya.
“Ustad,
bagaimana kalau kita sudah terlanjur cinta dengan pacar dan menganggap
dirinyalah nanti yang pantas untuk menjadi pasangan hidup kelak?” tanyaku pada
ustad tersebut.
“Cinta
ketika belum halal adalah cinta yang semu, cinta yang mudah pudar dan hilang.
Jika memang benar-benar mencintainya, cobalah untuk melepaskannya. Lepaskan dan
ikhlaskanlah. Seberapa jauh jarak kalian nanti dan seberapa lama kalian akan
terpisah jika dia adalah jodohmu maka akan bertemu juga. Cintailah ia dengan
cara yang benar, bukan dengan nafsu karena cinta itu fitrah (suci)” jelas pak
ustad dengan mimik wajah yang meyakinkan.
Setelah
dari pengajian tersebut hatiku menjadi sejuk. Benar apa yang dikatakan oleh
nirina. Kemarin aku telah menemukan obat untuk hatiku yang saat ini sedang
sakit. Dan saat ini aku berusaha untuk
mendekat kepada sang khalik. Memohon ampun atas segala dosa-dosa yang pernah
aku perbuat. Terutama mengenai hubungan berpacaran. Jujur saat ini aku memang
memiliki seorang pacar bernama hanif. Dia adalah lelaki yang baik, perhatian,
rajin sholat, dan tentu saja aku menginginkan kelak dialah yang akan menjadi
pendamping hidupku. Meskipun cara berpacaranku tidak separah yang diceritakan
oleh pak ustad tadi namun tetap saja perbuatan yang aku dan Hanif lakukan
merupakan perbuatan yang mendekati zina.
2
hari kemudian sambil menonton televisi kuputuskan untuk mengakhiri hubungan
haramku dengan hanif. Aku sudah memikirkan hal ini dengan sungguh-sungguh. Aku
siap menerima konsekuensi jika Hanif nanti tidak terima dan akan memusuhiku.
Karena sebenarnya aku sangat mencintai Hanif dan aku ingin mencintainya dengan
cara yang benar. Akupun segera mengetik pesan untuk Hanif.
To:
Hanif
Assalamualaikum, ada yang ingin aku
bicarakan Kepadamu nif. Aku ingin kita berpisah. Maaf jika ini terlalu cepat
aku ucapkan. Aku ingin berpisah darimu bukan karena aku sudah tidak mencintaimu
namun aku sangat mencintaimu. Karena aku sangat mencintaimu aku ingin cinta ini
tetap murni dan tidak terkotori oleh hubungan haram yang selama ini kita bina.
Inilah caraku mencintaimu hanif dan aku harap kamu mengerti.
Aku
masih menatap nanar layar Televisi sambil menunggu balasan pesan dari Hanif.
Aku sangat berharap hanif dapat mengerti mengapa aku melakukan hal itu. Aku
harap dia tidak memusuhiku dan membenciku. Handphoneku berdering dan kulihat
Hanif menelfonku dan segera kuambil handphoneku yang berada di sofa tempat
dudukku.
“
Assalamualaikum,” ucapku
“Waalaikumsalam
Zaskia, aku sudah membaca pesanmu. Aku mengerti mengapa kau melakukan hal ini.
Maafkan aku selama ini aku telah salah mengekspresikan perasaan cintaku padamu
dengan mangajakmu untuk berpacaran. Niatmu sangat tulus untuk menjaga agar
cinta ini tetap suci tanpa dibumbui kekotoran. Aku menerima keputusanmu Zaskia.
Karena sebenarnya aku juga ingin menjaga agar cinta ini tetap suci dan tidak
terkotori. Jika memang kelak dirimu adalah jodohku, maka kita akan dipertemukan
meski saat ini kita harus terpisah,” ucap hanif dengan nada bicaranya yang
bijaksana dan lembut.
“Hanif, terimakasih atas kerelaanmu itu. Aku
harap kita mampu menjaga agar cinta ini tetap suci. Benar, jika memang kita
berjodoh kelak kita akan dipertemukan dengan caraNYA yang tidak pernah kita
sangka” ucapku sambil tersnyum lega meneyka airmata bahagia yang menetes dari
pipiku.
“Iya
Zaskia, terimakasih untuk caramu mencintaiku, Wassalamualaykum” ucap hanif dengan
suara yang terdengar lebih sendu.
“Waalaikumsalam,”
ucapku yang kemudian menutup panggilan darinya.
Aku
tersenyum lega, aku belum pernah selega ini sebelumnya. Rasanya segala beban
telah lepas dari pundakku. Untukmu hanif, inilah caraku mencintaimu. Tidak
melanggar syariatNYA dan tidak mengotori sucinya cinta itu. Jomblo pilihanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar