Senin, 22 Februari 2016

Cerpen (Inilah Caraku Mencintaimu)



Aku masih duduk di ruang tengah sambil menonton televisi. Namun fikiranku tidak fokus pada program yang ada di televisi. fikiranku terfokus pada handphone yang saat ini kugenggam. Lebih tepatnya memikirkan pesan yang baru saja kukirimkan pada seseorang. Aku kemudian menatap nanar  televisi itu dan fikiranku melayang pada kejadian dua hari yang lalu saat temanku nirina mengajakku untuk berkumpul bersama teman-temannya. Aku fikir dia akan mengajakku pergi shoping atau makan. Namun ternyata dia mengajakku ke sekumpulan orang-orang yang ada di mushola kampus.
“Kok kesini Nir?” tanyaku keheranan pada nirina. Karena saat ini di mushola sedang ada pengajian khusus mahasiswa.
“Iya Zaskya, kita mau berobat di sini” jawab Nirina sambil tersenyum dan membimbingku untuk duduk dan mendengarkan ceramah ustad di acara pengajian tersebut.
Aku merenyitkan alis tanda tanda tidak mengerti apa maksud dari kata-katanya. Dan apa katanya tadi, berobat? Bukannya berobat itu harusnya ke dokter ya. Namun akhirnya kuputuskan untuk tetap duduk diam ditempat itu dan mendengarkan isi ceramah ustadnya. Setelah beberapa saat aku mendengarkan ceramah tersebut maka dapat kutangkap inti dari ceramah tersebut adalah tentang bagaimana remaja muslim menyikapi pink virus. Sangat banyak peserta pengajian tersebut yang antusias dan ingin bertanya pada ustad arif yang mengisi pengajian tersebut.
“Ustad apa sebenarnya ada dalil yang melarang untuk pacaran?” tanya salah seorang peserta lelaki yang berdiri paling depan.
“Memang sebenarnya tidak ada dalil yang melarang untuk berpacaran tapi ada ayat di Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa ‘dan janganlah kamu mendekati zina, zina itu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk’ nha pacaran itu termasuk hal yang mendekati zina. Awalnya hanya ingin bertemu, setelah bertemu ingin bergandengan tangan, setelah bergandengan tangan ingin berdekat-dekatan, setelah berdekatan ingin berzina. Astagfirullah halazim, awalnya memang sangat biasa namun akhirnya membuat dosa yang besarnya luar biasa. Apalagi pihak wanita, pasti sangat dirugikan. Keperawanan terenggut oleh seseorang yang belum halal untuknya dan lebihnya lagi sampai hamil dan kemudian menggugurkan kandungannya. Berapa dosa besar yang sudah dilakukannya,” jelas ustad Arif dengan panjang lebar.

Aku semakin tertarik dengan pembahasan kali ini. Entah mendapat dorongan darimana rasanya aku ingin sekali mengajukan pertanyaan yang benar-benar mengganjal di fikiran dan hatiku. Dan akupun mencoba untuk memberanikan diri untuk bertanya.
“Ustad, bagaimana kalau kita sudah terlanjur cinta dengan pacar dan menganggap dirinyalah nanti yang pantas untuk menjadi pasangan hidup kelak?” tanyaku pada ustad tersebut.
“Cinta ketika belum halal adalah cinta yang semu, cinta yang mudah pudar dan hilang. Jika memang benar-benar mencintainya, cobalah untuk melepaskannya. Lepaskan dan ikhlaskanlah. Seberapa jauh jarak kalian nanti dan seberapa lama kalian akan terpisah jika dia adalah jodohmu maka akan bertemu juga. Cintailah ia dengan cara yang benar, bukan dengan nafsu karena cinta itu fitrah (suci)” jelas pak ustad dengan mimik wajah yang meyakinkan.
Setelah dari pengajian tersebut hatiku menjadi sejuk. Benar apa yang dikatakan oleh nirina. Kemarin aku telah menemukan obat untuk hatiku yang saat ini sedang sakit.  Dan saat ini aku berusaha untuk mendekat kepada sang khalik. Memohon ampun atas segala dosa-dosa yang pernah aku perbuat. Terutama mengenai hubungan berpacaran. Jujur saat ini aku memang memiliki seorang pacar bernama hanif. Dia adalah lelaki yang baik, perhatian, rajin sholat, dan tentu saja aku menginginkan kelak dialah yang akan menjadi pendamping hidupku. Meskipun cara berpacaranku tidak separah yang diceritakan oleh pak ustad tadi namun tetap saja perbuatan yang aku dan Hanif lakukan merupakan perbuatan yang mendekati zina.
2 hari kemudian sambil menonton televisi kuputuskan untuk mengakhiri hubungan haramku dengan hanif. Aku sudah memikirkan hal ini dengan sungguh-sungguh. Aku siap menerima konsekuensi jika Hanif nanti tidak terima dan akan memusuhiku. Karena sebenarnya aku sangat mencintai Hanif dan aku ingin mencintainya dengan cara yang benar. Akupun segera mengetik pesan untuk Hanif.
To: Hanif
Assalamualaikum, ada yang ingin aku bicarakan Kepadamu nif. Aku ingin kita berpisah. Maaf jika ini terlalu cepat aku ucapkan. Aku ingin berpisah darimu bukan karena aku sudah tidak mencintaimu namun aku sangat mencintaimu. Karena aku sangat mencintaimu aku ingin cinta ini tetap murni dan tidak terkotori oleh hubungan haram yang selama ini kita bina. Inilah caraku mencintaimu hanif dan aku harap kamu mengerti.
Aku masih menatap nanar layar Televisi sambil menunggu balasan pesan dari Hanif. Aku sangat berharap hanif dapat mengerti mengapa aku melakukan hal itu. Aku harap dia tidak memusuhiku dan membenciku. Handphoneku berdering dan kulihat Hanif menelfonku dan segera kuambil handphoneku yang berada di sofa tempat dudukku.
“ Assalamualaikum,” ucapku
“Waalaikumsalam Zaskia, aku sudah membaca pesanmu. Aku mengerti mengapa kau melakukan hal ini. Maafkan aku selama ini aku telah salah mengekspresikan perasaan cintaku padamu dengan mangajakmu untuk berpacaran. Niatmu sangat tulus untuk menjaga agar cinta ini tetap suci tanpa dibumbui kekotoran. Aku menerima keputusanmu Zaskia. Karena sebenarnya aku juga ingin menjaga agar cinta ini tetap suci dan tidak terkotori. Jika memang kelak dirimu adalah jodohku, maka kita akan dipertemukan meski saat ini kita harus terpisah,” ucap hanif dengan nada bicaranya yang bijaksana dan lembut.
 “Hanif, terimakasih atas kerelaanmu itu. Aku harap kita mampu menjaga agar cinta ini tetap suci. Benar, jika memang kita berjodoh kelak kita akan dipertemukan dengan caraNYA yang tidak pernah kita sangka” ucapku sambil tersnyum lega meneyka airmata bahagia yang menetes dari pipiku.
“Iya Zaskia, terimakasih untuk caramu mencintaiku, Wassalamualaykum” ucap hanif dengan suara yang terdengar lebih sendu.
“Waalaikumsalam,” ucapku yang kemudian menutup panggilan darinya.
Aku tersenyum lega, aku belum pernah selega ini sebelumnya. Rasanya segala beban telah lepas dari pundakku. Untukmu hanif, inilah caraku mencintaimu. Tidak melanggar syariatNYA dan tidak mengotori sucinya cinta itu. Jomblo pilihanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar