Nurul and Randi's Weeding |
"Sudah punya calon belum?"
"Kapan nikah?"
"Kalau belum punya calon, nanti dicariin"
Seolah jadi perawan tua, padahal usia masih 21 tahun.
Tak ayal banyaknya tetangga dan teman seumuran yang telah mengakhiri status lajangnya, menjadikan keluarga sedikit lebih agresif menanyakan hal terkait pernikahan.
Bukannya diri ini tidak ingin menikah, tapi rasanya masih banyak mimpi yang ingin kugapai.
Mimpi menjadi penulis terkenal, naik haji bersama keluarga, jalan-jalan keliling dunia, memiliki bisnis kuliner (karena hobi makan), dan mendirikan taman baca supaya masyarakat gemar untuk membaca.
Ah ya, kembali ke topik pernikahan. Pernikahan adalah momen yang sangat sakral, dimana saat janji terucap dari lisan mempelai pria, berarti pria tersebut harus mampu membimbing istrinya ke jalan yang lebih baik, menafkahi lahir batin, dan memberikan ketulusan serta kasih sayang.
Sama halnya dengan sang istri yang harus mengabdi dan taat pada suami, tentunya taat yang semakin mendekatkan diri pada Allah SWT bukan yang malah menjauhakan dari-Nya.
Menikah? Tentu saja, sebagai seorang wanita sangat ingin menikah. Menikah menjadikan diri lebih terjaga dari berbagai macam fitnah, tau kan wanita adalah fitnah terbesar kaum lelaki.
Namun, apa iya ingin menikah hanya karena teman-teman sudah banyak yang menikah?
Apa iya menikah karena desakan dari orangtua dan keluarga?
Tentu tidak kan?
Karena menikah bukan lomba lari siapa cepat dia pemenangnya.
Nikah juga bukan masuk ke dalam kelas, karena ada yang telat dan tidak telat.
Semua ada saatnya kok, tenang dan jangan galau.
Bukannya lebih baik menunggu yang tepat daripada menghabiskan waktu dengan orang yang salah.
Meskipun penulis belum menikah, namun penulis mengamati bahwa jika seorang wanita sudah menikah maka waktunya akan banyak tersita untuk keluarga. Dari mulai mengurus anak, bersih-bersih rumah, memasak, nyapu, ngepel, belanja dan masih banyak lagi yang lainnya. Tidur harus larut malam karena anak rewel, bingung mau masak apa untuk suami, ngatur uang belanja, boro-boro ada me time.
Jika sudah siap dengan semua hal itu, ya monggo nikah jika sudah ada calonnya. Jika belum ya nyari atau minta dicariin asal nyari bukan untuk dipacarin ya. Kalau belum ketemu juga ya sabar sambil melakukan hal-hal positif seperti mulai mencoba bisnis kecil-kecilan atau menyalurkan hobby yang lain.
Menikahlah jika sudah siap.
Siap ilmu, mental, dan materi.
Kata salah satu teman penulis yang sudah menikah, beliau mengibaratkan
"Menikah itu persiapannya seperti pergi ke mall dan perjalannya seperti mendaki gunung"