Jumat, 12 Desember 2014

Cerber bag 2 ( Sang motivator)



Hari minggu adalah hari libur yang ku gunakan untuk menyalurkan hoobyku , salah satunya adalah pergi ke toko buku dekat pasar klewer solo. Hitung-hitung refreshing karena penat fisik ,pikiran, dan emm hati terutama. Sebenarnya aku janjian dengan temanku thalita untuk pergi bersama ke toko buku, tapi dia sedang menjemput kakanya pulang dari jogja dan dia memintaku untuk berangkat terlebih dulu . Mungkin setelah dia menjemput kakaknya dia langsung menemuiku ke toko buku. Aku langsung berangkat ke toko buku  yang di dekat pasar klewer. Satelah masuk ke toko buku aku langsung menuju rak  buku yang bertema komunikasi dan pengembangan diri. Aku ingin menulis lagi, mungkin harus membeli buku yang mampu membangkitkan semangat menulisku lagi. Rak pertama tentang public speaking , nha rak ke dua tentang dunia tulis menulis. Aku kemudian mulai memilah-milih buku mana yang akan aku beli. Meski rasanya semua buku di rak ini ingin aku beli. Karena memang semuanya bagus dan aku suka.
Bruuukkk , Bruuukkk, Bruuukkkk, Bruukkk,Bruukkk,
Aku mendengar beberapa buku terjatuh kemudian aku menoleh ke kanan. Ternyata buku tersebut terjatuh karena ada orang yang tidak sengaja menjatuhkannya. Ck, bahkan orangnya pun malah langsung pergi dan tidak membereskan buku yang telah dijatuhkannya. Akupun segera mengambil buku yang telah terjatuh di lantai. Dan ternyata ada sesorang yang sepertinya seorang lelaki  ikut membantuku untuk membereskan buku. Ketika aku mulai berdiri dan tidak sengaja pandanganku bertemu tapat di manik matanya.Asstagfirullah,  ucapku dalam hati.
“ tadi buku ini di rak bagian mana ya mbak ?” tanya lelaki itu
“em, sepertinya yang ini” ucapku sambil menunjuk rak no 2 yang terdapat judul buku yang sama dengan buku yang terjatuh tadi.
Aku langsung meletakan buku yang ada di tangan kiriku ke rak tersebut. Kemudian dia meletakkan buku tersebut ke rak itu.
Aku langsung melanjutkan pencarian bukuku dan lelaki itu juga melanjutkan pencarian buku di rak buku bagian public speaking.
“niya....” ucap thalita dengan nada manja yang tiba-tiba sudah di sampingku.
“please, lagi ndak kepengen dengerin nada manjamu itu” jawabku sambil mengambil buku yang benar-benar membuatku tertarik.
“ok, ok fine. Heh, kamu katanya mau cerita” ucapnya sambil mengambil buku dari genggamanku.
“iya, ayo cerita di taman sambil makan ice cream” ucapku dan kemudian menggandeng thalita menuju kasir.
Di taman,
“whats wrong with you niya?” tanya thalita.
“kak farid 2 bulan lagi akan menikah” ucapku pelan..
“ha.....?” ucapnya sampai es krim dari genggaman thalita hampir terjatuh.
“lebay lebay...” ucapku sambil membuka bungkus es krim.
“are you okay? Are you fine?” tanyanya.
“im fine, so look at me. Like no something wrong, right?” tanyaku sambil memakan es cream.
“ setegar itu kah? Apa kau benar-benar mengikhlaskan kak farid menikah dengan wanita lain?” tanya thalitha.
“ya tidak setegar itu, setelah dia menyampaikan berita itu aku langsung menangis. Kau tau sejak aku kuliah,  aku sangat mengharapkan kak farid yang akan menjadi suamiku nanti. Tapi kenyataanya, Allah menakdirkan jalan cerita yang berbeda. Apa yang bisa aku lakukan ta, aku harus rela kan? Aku harus ikhlas kan? “ ucapku dengan suara yang sedikit tertahan.
“sabar niya, mungkin kak farid memang bukan jodohmu. Akh, bisa jadi jodohmu lebih baik dari kak farid” ucap thalita sambil menpuk pundakku.
“tapi kak farid itu , bagiku dia adalah ikhwan yang mendekati kata sempurna ta” ucapku.
“hushh, ya belum tentu lho ni. Masih banyak ikhwan-ikhwan yang mungkin kualifikasinya diatasnya kak faridmu itu” ungkap thalita sambil menikmati ice creamnya.
“em, baiklah aku akan move on. Hehehe” ungkapku sambil menikmati ice cream.
“oh ya ta, minggu depan kamu pulang ke bantul ndak? “ tanya lita.
“ndak ta, ibu dan bapakku mau jenguk nenek. Ada apa memangnya?” tanyaku.
“aku mau ngajakin kamu ikut seminar motivasi ni, eh pembicaranya masih muda loh. Kata temen temenku dia itu ikhwan juga “ ucap thalita sambil tersenyum.

“ya ampun ta, niatmu datang itu untuk mendapatkan materi atau ngeliat pembicaranya to?” tanyaku sambil mencubit lengannya.
“ya dua-duanya lah, namanya seminar ya pasti dengerin materi yang di sampaika sambil melihat orang yang menyampaikan”  kilah lita.
“modus” ucapku.
“hehe, khilaf ni” ucap lita sambil nyengir.
1 minggu kemudian.
“ayo ni...” panggil lita yang sudah menungguku di samping pintu ruangan seminar.
“ iya iya, sabar “ ucapku, kamudian tanganku langsung ditarik oleh lita untuk memasukki ruangan seminar.
MC pun segera membuka acara tersebut.
 “Baiklah seminar kita pada hari ini akan membahas tentang open mind. Apa itu open mind? Ada apa dengan open mind? Pentingnya open mind itu sendiri apa sih?  Nha, sudah pada kepo ya? “ tanya MC
“iya” jawab peserta dengan penuh semangat.
“ kalau begitu, langsung kita sambut saja pembicara kita kali ini, Ahmad Haris Al-hadi S.Si. ayo beri tepuk tangan yang meriah” ucap MC.
“ni, itu tuh kak haris yang diceritaain sama temenku. Manis juga ternyata. Udah manis, motivator, dan ikhwan pula.. satu lagi deng, dia belum menikah” ucap lita dengan semangat.
“ya ampun ta” ucapku sambil menggelengkan kepala.
“iya iya ni, misal aku belum dikhitbah oleh faruq, aku berani deh minta ke murrobi aku untuk melamarkan kak haris untukku” ucapnya sambil tertawa.
Aku hanya geleng-geleng mendengarkan celoteh thalita.
Haris pun segera naik di panggung untuk memberikan materi seminar motivasi open mind. Dengan perawakan badan yang tinggi, baju yang sangat rapi, senyum yang manis, dan public speakingnya yang mumpuni.
Ada kata-kata darinya yang membuatku semakin mengaguminya.
“lihatlah dirimu dengan baik-baik karena dengan  memahami diri sendiri adalah memahami kekuatan diri kita yang sesungguhnya. Bercerminlah sepuasmu lalu katakan pada dirimu sendiri bahwa sebenanya engkau layak untuk meraih mimpimu. Hanya saja kita terkadang enggan untuk meraih hanya karena menurut orang lain kita tidak pantas mendapatkannya. “
Ingatlah Jika selalu menunggu segala sesuatunya sempurna untuk melakukan sesuatu, kita tidak akan pernah memulai apapun.” Suara tepuk tangan kembali bergemuruh.
Ya ,aku akui benar yang diucapkan thalita, kak haris adalah sosok ikhwan yang mendekati kata sempurna. Bukan hanya thalita, tapi akupun saat ini juga ikut mengangguminya.
Aku dan thalita sengaja mampir ke warung bakso PAK HOO. Lumayan lama mendengarkan seminar, sehingga cacing-cacing diperut mulai demonstrasi. Kami pun segera memesan 2 porsi bakso urat dan 2 jus jeruk.
“gimana kak haris ni?” tanya thalita sambil mengambil tisue di atas meja makan.
Aku tersenyum sambil mengacungkan jempol.
“hehehe,akhirnya kau mengakuinya juga” ucap thalita dengan senyum penuh kemenangan.
Aku tersenyum sambil melihat kearah gerobak bakso PAK HOO. Mataku beradu pandang dengan seseorang yang sepertinya aku pernah melihatnya. Dimana ya ?
“ta, kak haris itu lulusan sience?” tanyaku pada thalita sambil memainkan pipet yang ada di  jus jeruk atas meja dan kemudian meminumnya.
“iya, lulusan sience jurusan ma-te-ma-ti-ka ” ucap thalita dengan tegas.
“what?” ucapku nyaris tersedak. Matematika ? pelajaran yang sangat-sangat tidak aku sukai sejak aku berada di sekolah dasar, dan kak haris lulusan matematika?
“kenapa kaget gitu ni? Hayo? “ tanya thalita sambil menunjuk pipiku yang lumayan merah jambu.
“apaan, aku Cuma kaget aja, basicnya matematika yang notabene otak kiri yang bekerja namun dia bisa menjadi motivator dan public speakingnya TOP banget yang notabene menggunakan otak kanan, bisa imbang gitu ya?” ucapku panjang lebar.
“itulah bedanya kak haris ni, hh kak haris..” ucap thalita sambil menyangga dagunya dan matanya menerawang ke atas sambil tersenyum.
Aku tersenyum, Ahmad Haris Al-hadi kunobatkan dirimu menjadi motivatorku saat ini. Akupun segera mengambil handphone untuk memfolow kak haris. Dan wow, twiternya berisisi twit kata-kata bijak.
Sakit hati itu masa lalu, berjuang meraih sukses itu masa kini, dan masa depan adalah bahagia bersama orang-orang yang menyayangiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar