Kamis, 01 Januari 2015

Cerber bag 3 ( Rasa yang kembali Tumbuh )




Niya melangkah dengan cepat menuju ruangannya setelah keluar dari ruangan manajernya. Dia ditugaskan untuk menjadi editor buku terbaru seseorang yang memiliki nama pena ‘ Wanmande’. Niya sempat menolak untuk dijadikan editor, karena dia belum pernah menjadi editor sebelumnya dan itu bukan bidangnya. Tapi manajernya terus meminta niya karena semua editor sedang sibuk menggarap banyak buku dan manajer mengetahui bahwa niya memiliki kemampuan yang baik di dunia penulisan. Mau tidak mau niya pun menyanggupinya, karena manajernya terus memohon.
Keesok harinya niya sudah memiliki janji dengan kliennya atau lebih tepatnya penulis yang buku terbitannya akan diedit oleh niya. Niya menunggu di Rumah makan MI ROSO di dekat kantornya bekerja.
“huft..” iya menghela nafas sambil melihat jam.
“ya, kita datangnya terlalu cepat jadi kita kelamaan nunggu” ucap nindya rekan kerja niya sambil meminum es cendolnya.
“iya sih, Cuma..” ucapan niya terhenti karena handphonnya berdering kemudian niya mulai bercakap-cakap dengan seseororang di seberang telefon.
“hmm..” ucap niya setelah selesai menanggkat telefonnya.
“siapa ni? Mas wanmande ya ?” tanya nindya.
“iya nin, duh aku kok deg-degan ya, aku kan bukan seorang editor tapi...” ucapan niya terpotong.
“Assalamualaykum” ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba sudah berada di depan meja mereka.
“wa’alaykumsalam “ ucap niya yang kemudian menujukan pandangannya ke laki-laki tersebut dan niya nyaris tersentak kaget karena melihat siapa yang dilihatnya saat ini.



Hah... wanmande itu kak haris . Ahmad Haris Al-Hadi.
“ssilahkan duduk “ ucap niya dengan nada gugup.
“yapz, oh ya kita belum berkenalan ya? Perkenalkan nama saya Ahmad Haris Al-Hadi, nama kalian siapa?” tanya haris dengan senyum simpulnya.
“Nama saya nindya rana ” ucap nindya sambil tersenyum.
“Nama saya Ainiya Faida Azmi, bisa dipanggil niya” Ucap niya dengan nada yang kembali normal.
“kita langsung saja ke topik ya. Jadi ini merupakan   Novel pertama saya, saya belum pernah menulis novel karena saya lebih berfokus pada kumpulan cerpen dan buku self development, jadi saya sangat meminta bantuan saudari editor untuk membantu saya” ucap haris to the point.
“em, jadi begini sebenarnya diperbitan kami sedang kekurangan editor. Jadi saya sebagai staf HRD ditunjuk oleh manajer untuk menjadi editor anda, ini sebenarnya bukan ranah kerja saya tapi saya berjanji akan bekerja sebaik mungkin” ucap niya jujur.
“oke, tidak masalah karena ini sama-sama jadi pengalaman pertama kita. Jadi mari kita bekerjasama dengan baik “ ucap haris sambil tersenyum. Ya dengan senyum ramahnya.
“oke” ucap niya diiringi senyum simpulnya.
Niya dan haris semakin sering berkomunikasi lewat telfon ataupun bertemu secara langsung untuk membahas keberlanjutan naskah haris. Dan tentu saja thalita sebagai sahabat niya yang juga ngefans dengan haris selalu menemani niya bertemu dengan haris. Niya menyadari bahwa sosok haris memang dapat dikatakan nyaris sempurna.

“kak haris ramah dan baik banget tha” ungkapan yang selalu niya ucapkan pada thalita.
Thalitha mulai menyadari sahabatnya yang satu ini bukan hanya kagum tapi juga menyukai haris. Thalita masih ingat bagaimana pipi niya terlihat merah ketika haris memuji bagaimana ketelitian niya dalam mengedit naskah novel itu hingga novel itu terlihat semakin layak untuk diterbitkan. Thalita tersenyum ketika sosok haris ternyata mampu hadir untuk mengobati luka niya yang ditiggal menikah oleh farid. Mengingat sakit hati dan tangisan niya rasanya semua sudah tertebus dengan hadirnya haris saat ini. Semoga haris tidak mengecewakan niya, itu satu-satunya harapan thalita.

1 bulan proses pengeditan novel pun selesai. Novel yang berjudul MENIT BERHARGA DI BAWAH POHON MAPLE  karangan Wanmande atau Ahmad Haris Al-hadi telah terbit. Tentu saja haris menuliskan say thanks kepada editornya yang telah membantunya dalam menggarap novel itu.
Niya tersenyum bahagia kali ini dia sukses mengerjakan tugas yang sebenarnya bukan menjadi ranah kerjanya. Dirinya dan haris ibarat tim yang saling mendukung satu sama lain. Tapi niya sadar, terbitnya novel itu berarti terhentilah kerjasamanya dengan haris. Berarti tidak ada waktu lagi untuk berdiskusi bersama membahas penggarapan novel, berbincang mengenai buku self development, dan cita-cita mereka yang belum tergapai. Andai haris tahu, jika selama ini niya menganggap haris lebih dari rekan kerja.

Hari ini niya memutuskan untuk pergi ke tempat favoritnya yaitu toko buku. Niya kali ini berencana untuk membeli novel yang ditulis oleh haris. Baru melangkah masuk ke toko buku mata niya langsung menemukan yanng dicarinya. Novel berjudul MENIT BERHARGA DIBAWAH POHON MAPLE bertengger di rak best seller. Niya langsung berjalan menuju rak itu dan segera mengambil novel itu.
Oopss, novel yang akan niya ambil sudah didahului oleh orang lain. Niya kemudian menatap orang itu, niya seperti pernah melihat sosok pria tapi entah kapan dan dimana.
“eh maaf mbak” ucap lelaki itu sambil tersenyum.
“eh, iya tidak apa-apa” jawabku sambil membalas senyumnya.
“novel baru tetapi sudah menjadi beset seller ya” ungkapnya sambil melihat-lihat sampul belakang novel itu.
“iya, novel itu sangat menginspirasi. Bagaimana seseorang bisa bertahan menghadapi berbagai tekanan, kegagalan dan cobaan hidup yang ada. Seseorang yang sering gagal namun tidak pernah menyerah. Di bawah pohon maple itulah seseorang menghabiskan menit-menit berharganya untuk membuat sebuah mahakarya yang indah” cerita thalita.
“wah, mbak sudah pernah membacanya ya atau mbak editornya?” tanya lelaki tersebut antusias.
Niya menyeritkan dahi, bagaimana bisa pertanyaanya langsung menjurus ke editor. Niya mengulaskan senyum sebelum menjawab.
“iya, saya memang editornya” jawab niya yang kemudian mengambil novel tersebut dari raknya.
“o ya, saya ke rak bagian psikologi ya” ucap niya pamit sambil tersenyum dan membalikkan badan.
Tanpa niya sadari lelaki itu mengamati kepergian niya sambil tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar