Kamis, 02 April 2015

Cerpen (7 Years of Love )





Terlihat seorang pemuda dengan membawa alat-alat lukisnya mulai berjalan menuju tepi pantai yang lebih tinggi. Kemudian ia mengeluarkan seluruh alat lukisannya dan mulai melukis pemandangan pantai yang saat ini ada dihadapannya. Beberapa saat aktivitasnyapun terhenti. Matanya menatap lekat senja yang saat ini sedang dilukisnya. Sebenarnya bukan senja itu yang menjadi objek pandangannya, namun siluit seorang wanita berjilbab yang sedang mengambil objek foto di pantai itu. Pemuda itu menyipitkan matanya agar semakin jelas pandangannya. Sesaat kemudian pemuda itu tersenyum dan melanjutkan lukisannya. Lukisan Senja dipantai dan seseorang yang sedang memotret pemandangan pantai. Pemuda itu tersenyum puas melihat hasil lukisannya kali ini yang sangat menakjubkan. Dirinya menatap senja namun dirinya sudah tidak menemukan sosok wanita yang memotret pemandangan pantai. Pemuda itu menoleh kekanan dan kekiri mencari sosok wanita itu.
“Mencari siapa?” tanya seorang.
Kemudian pemuda itu menolehkan kepalanya kebelakang.
“Kkau..” ucap pemuda tadi dengan nada yang gugup.
“Aku yang menjadi objek lukisanmu?” tanya wanita itu dan duduk disamping sang pelukis.
Pemuda itu hanya tersenyum dan menatap wanita itu.
“Lukisanmu sangat indah, aku menyukainya,” ujar wanita itu kembali.
“Terimakasih” ucap pemuda itu sambil tersenyum dan memandang lukisannya.
Wanita itu beranjak berdiri dan hendak melangkah pergi.
“Tunggu” pinta pemuda itu dan dirinyapun juga ikut berdiri.
“Rudy Novendra” ucap pemuda itu sambil mengulurkan tangannya.
“Naya Puspita” ucap wanita tersebut sambil menangkupkan kedua tangannya didepan dadanya.
“Oh, maaf. Senang bisa berkenalan denganmu” Ucap rudy yang menarik tangannya dan tersenyum.
“Aku juga senang, selamat tinggal,” pamit Naya kemudian membalikkan badan.
“Jangan ucapkan selamat tinggal, kita tidak pernah tau apakah ini benar-benar perpisahan atau kita nanti akan dipertemukan kembali,” ucap Rudy.
Naya terdiam sesaat kemudian pergi meninggalkan Rudy.
Rudy diam mematung memandangi punggung Naya yang kian menjauh.
Senja yang tidak akan aku lupakan naya, gumam Rudy pelan.
Rudy masih terfokus pada lukisan senja kali ini di pantai Tanjung Setia yang tidak jauh dari rumahnya. Pantai Tanjung Setia yang terkenal dengan keindahan ombaknya dan hampir setiap hari turis mancanegara bermain surving di pantai Tanjung Setia. Ia  tersenyum puas ketika hasil lukisannya telah selesai. Senja dengan pemandangan pantai Tanjung Setia yang sangat indah. Mentari yang terlihat malu-malu pergi keperaduanya, warna emas yang kemilauan di langit menambah kesan ketenangan pada lukisan itu. Pemuda itu segera membereskan seluruh alat lukisnya dan berjalan ke arah sepeda yang terpakir tidak jauh dari tempatnya melukis. Dia segera menaiki dan mengayuh sepedanya.
Terlihat seorang wanita sedang duduk di samping sepedanya. Rudy langsung menghentikan kayuhan sepedanya di sebelah seorang wanita tersebut.

Minggu, 04 Januari 2015

PRESEPSI TERHADAP ORANG LAIN






Presepsi merupakan bentuk sudut pandang terhadap suatu hal. Baik sesuat yang bersifat konkret maupun abstrak. Presepsi yang akan saya bahas disini adalah presepsi terhadap orang lain. Karena kita mahluk sosilamaka  kita perlu untuk bersosialisasi, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan orang lain. Oleh sebab itu,  memahami presepsi kita terhadap orang lain sangat diperlukan untuk keberlangsungan hidup sebagai masyarakat sosial. Salah presepsi tehadap orang lain juga akan merugikan diri kita sendiri.

Contoh sederhananya adalah apabila kita melihat seseorang dengan baju yang terkesan seperti preman, celana lusuh bolong-bolong, dan muka yang lumayan sangar. Kita pasti berpresepsi bahwa orang itu adalah preman atau gelandangan. Karena yang kita lihat selama ini preman atau gelandangan berpenampilan seperti yang saya sebutkan di atas. Otomatis apabila berada di dekat orang-orang yang berpenampilan seperti itu kita akan merasa takut atau was-was. Takut di jambret, dicopet atau dipalak. Usut di usut, ternyata orang tersebut rajin sholat jama’ah di masjid, sering ikut taujih, atau sering membantu orang yang kesulitan. Tampang preman tapi hatinya hello kitty lho.

Bandingkan contoh lainnya. Kita melihat orang dengan baju rapih, sepatu disemir sampai kinclong, dan bawa tas atau ransel. Kita akan berpresepsi bahwa orang tersebut adalah orang yang baik-baik, terpelajar, dan presepsi baik lainnya. Sehingga ketika kita berada di dekat orang yang berpenampilan seperti itu akan nyaman dan aman. Padahal aslinya adalah pencopet atau penipu ulung. Apalagi jaman sekarang yang sedang maraknya kasus hipnotis. Pastilah tersangkanya akan membuat pencitraan diri yang baik. bukan berpenampilan seperti preman.

Jadi, presepsi tidak melulu dari penampilan. Jangan judge seseorang hanya dari penampilan semata tapi telusuri lebih jauh bagaimana dirinya. Sehingga kita tidak mudah tertipu dengan penampilan. Penampilan sangat mudah dibuat dan dipoles sedemikian rupa. Namun hati, sifat, dan perilaku butuh waktu yang lama untuk bisa menjadi baik dan berkarakter.

Kamis, 01 Januari 2015

Cerber bag 3 ( Rasa yang kembali Tumbuh )




Niya melangkah dengan cepat menuju ruangannya setelah keluar dari ruangan manajernya. Dia ditugaskan untuk menjadi editor buku terbaru seseorang yang memiliki nama pena ‘ Wanmande’. Niya sempat menolak untuk dijadikan editor, karena dia belum pernah menjadi editor sebelumnya dan itu bukan bidangnya. Tapi manajernya terus meminta niya karena semua editor sedang sibuk menggarap banyak buku dan manajer mengetahui bahwa niya memiliki kemampuan yang baik di dunia penulisan. Mau tidak mau niya pun menyanggupinya, karena manajernya terus memohon.
Keesok harinya niya sudah memiliki janji dengan kliennya atau lebih tepatnya penulis yang buku terbitannya akan diedit oleh niya. Niya menunggu di Rumah makan MI ROSO di dekat kantornya bekerja.
“huft..” iya menghela nafas sambil melihat jam.
“ya, kita datangnya terlalu cepat jadi kita kelamaan nunggu” ucap nindya rekan kerja niya sambil meminum es cendolnya.
“iya sih, Cuma..” ucapan niya terhenti karena handphonnya berdering kemudian niya mulai bercakap-cakap dengan seseororang di seberang telefon.
“hmm..” ucap niya setelah selesai menanggkat telefonnya.
“siapa ni? Mas wanmande ya ?” tanya nindya.
“iya nin, duh aku kok deg-degan ya, aku kan bukan seorang editor tapi...” ucapan niya terpotong.
“Assalamualaykum” ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba sudah berada di depan meja mereka.
“wa’alaykumsalam “ ucap niya yang kemudian menujukan pandangannya ke laki-laki tersebut dan niya nyaris tersentak kaget karena melihat siapa yang dilihatnya saat ini.